Teknologi AI dalam Bidang Kesehatan
mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang menggunakan machine learning untuk menganalisis suara batuk dan napas manusia guna mendeteksi dan memonitor penyakit.
Kisi AI
AI memiliki potensi besar dalam meningkatkan layanan kesehatan, mulai dari diagnosis hingga perawatan pasien, dengan kemampuan menganalisis data medis secara cepat dan akurat.
Penerapan AI dalam Kesehatan Diagnosis dan Pengobatan: AI digunakan untuk mendiagnosis penyakit dengan lebih cepat dan akurat dibandingkan metode tradisional.
Contohnya, algoritma machine learning dapat menganalisis gambar medis seperti X-ray dan MRI untuk mendeteksi kondisi medis seperti kanker dan pneumonia dengan tingkat akurasi yang tinggi.
2 Personalisasi Pengobatan: Dengan menganalisis data genetik dan riwayat medis pasien, AI dapat membantu dokter merancang rencana pengobatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan individu pasien.
1 Pemantauan Kesehatan: AI juga digunakan dalam aplikasi pemantauan kesehatan yang mengumpulkan data dari perangkat wearable. Misalnya, aplikasi yang memantau detak jantung dan tekanan darah pasien secara real-time, memberikan peringatan kepada dokter jika ada tanda-tanda abnormal.
1 Analisis Data Medis: AI membantu dalam pengelolaan data pasien dan pengambilan keputusan klinis, meningkatkan efisiensi operasional di rumah sakit dan klinik. 2
Teknologi AI dalam Bidang Kesehatan
Google memperkenalkan konsep itu sebagai Health Acoustic Representations (HeAR) yang memanfaatkan jutaan klip audio untuk melatih sistem AI dalam mengidentifikasi penyakit pernapasan,
termasuk tuberkulosis dan Covid-19.
Teknologi AI itu menjanjikan kemungkinan penggunaan di bidang medis, meskipun belum sepenuhnya dapat dikomersialisasikan.
“Dalam dunia kedokteran, kami telah menggunakan banyak pembelajaran yang diawasi.
Hal Ini sangat bagus karena Anda memiliki validasi klinis,” kata Yael Bensoussan, Ahli Laringologi di University of South Florida di Tampa.
Bacalah juga ; Masa depan JOB AI
Metode pelatihan yang digunakan oleh tim Google
Yakni dengan melibatkan pembelajaran tanpa supervisi,
Meskipun masih dalam tahap pengembangan,
model ini berpotensi menjadi alat penting bagi penelitian medis di masa depan.
Ada lebih dari 300 juta video pendek yang berisi klip suara orang batuk, bernapas, membersihkan tenggorokan,
serta suara-suara manusia lainnya yang sudah diupload di Youtube, dipelajari oleh sistem tersebut.
Hal demikina bukan Teknologi Baru
Contoh
penerapan Artificial Intelligence (AI), terutama dalam menghentikan Covid-19, tentu sangat dinanti. Begini AI mendeteksi Covid-19 hanya lewat suara batuk.
Sebuah riset terbaru Institut Teknologi Massachusetts (MIT)
mengungkapkan bahwa penyakit Covid-19 bisa dideteksi lewat batuk dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Berkaca pada pristiwa pandemi saat itu teknologi AI inisudah bisa mengidentifikasi pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG) dari suara batuk yang dikeluarkan.
Artinya pada saat awalnya, para peneliti mengambangkan algoritma kecerdasan buatan (AI) ini untuk mendiagnosis gejala pneumonia dan asma.
Algoritma serupa juga dikembangkan AI
Mendeteksi adanya tanda-tanda penyakit Alzheimer pada seseorang dari suara batuk.
Salah satu peneliti Brian Subirana mengatakan para peneliti mencari tahu apakah algoritma yang mereka kembangkan untuk mendeteksi Alzheimer juga berfungsi untuk mendiagnosis Covid-19.
“Ada bukti bahwa pasien yang terinfeksi mengalami beberapa gejala neurologis serupa, seperti gangguan neuromuskuler sementara,” ujarnya.
Para peneliti MIT merancang teknologi AI yang memiliki tiga lapis jaringan neural (neural network).
Jaringan tersebut adalah Algoritma dasar (ResNet50) untuk mengukur kekuatan pita suara, teknologi untuk menentukan tingkat emosional, dan teknologi untuk mendeteksi anomali di sistem pernapasan.
Review Android
- Cara mengaktifkan kartu Telkomsel masuk masa akan berakhir
- Paket Kuota Halo Play Telkomsel Migrasikan

- Teknologi AI dalam Bidang Kesehatan

- iPhone atau Android untuk Jangka Panjang

Riset Sejak April
Para peneliti kemudian mengumpulkan sampel suara batuk sebanyak mungkin, termasuk dari penderita Covid-19.
Peneliti membuat sebuah website khusus di mana para peserta yang berpartisipasi bisa mengirimkan rekaman suara batuk mereka sambil mengisi survei kesehatan. Saat ini para peneliti sudah mengumpulkan lebih dari 70.000 sampel suara batuk, 2.500 di antaranya adalah rekaman batuk dari pasien Covid-19, termasuk penderita yang tanpa gejala (OTG).
Peneliti menggunakan 2.500 suara batuk pasien Covid-19 dan 2.500 suara batuk individu yang sehat. Kemudian, dari 5.000 sampel tersebut, peneliti menggunakan sebanyak 4.000 sampel untuk melatih algoritma AI.
Sementara 1.000 sampel lainnya digunakan untuk melihat apakah AI tersebut bisa mendeteksi secara akurat atau tidak. Peneliti mengatakan teknologi ini mampu mendeteksi Covid-19 dari orang yang bergejala dengan tingkat akurasi 98,5 persen.
Sedangkan, pendeteksian Covid-19 dari OTG, disebut memiliki tingkat akurasi hingga 100 persen hanya dari suara batuk. Para peneliti ini lanjut mengklaim bahwa batuk orang yang terpapar Covid-19, baik itu yang memiliki gejala dan OTG, dengan batuk orang biasa sejatinya memiliki “suara” yang berbeda.
Perbedaan ini disebut tidak bisa didengar oleh telinga manusia, namun bisa ditangkap oleh teknologi AI yang telah dibuat tadi.
Mamfaat Aplikasi Kesehatan AI
Karena tingkat akurasinya yang tinggi, para peneliti MIT ingin menyematkan teknologi ini ke dalam sebuah aplikasi smartphone yang bisa diunduh secara gratis.
Namun, sebelum dipakai oleh orang luas, aplikasi ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat.
Apabila disetujui dan dirilis, pengguna nantinya bisa membuka aplikasi tersebut setiap hari dan merekam aktivitas batuk di depan ponsel mereka masing-masing.
Hal ini untuk mengetahui apakah mereka terpapar Covid-19 atau tidak.
Dengan begitu, orang-orang yang memakai aplikasi tersebut bisa mencegah penyebaran virus sebelum mereka pergi ke tempat-tempat umum.
Pada Implementasi aplikasi ini bisa mengurangi penyebaran virus apabila orang-orang menggunakannya sebelum pergi ke sekolah, pabrik, atau restoran,” kata Brian, sebagaimana dikutip NewsMIT
Teknologi AI dalam Bidang Kesehatan
Tag ;



0 Komentar